LAPORAN PUPUK DAN PUMUPUKAN

Standard

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

PUPUK DAN PEMUPUKAN

(222 G0103)

 

 

ELVIN DEWI DUAPADANG

G 111 10 304

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LABORATORIUM FISIKA DAN KIMIA TANAH

JURUSAN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

HALAMAN PENGESAHAN

 

 

JUDUL                       :   LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM PUPUK DAN                PEMUPUKAN

NAMA                       :   ELVIN DEWI DUAPADANG

STAMBUK               :   G11110304

JURUSAN                 :   ILMU TANAH

KELOMPOK            :   31

 

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melulusi

Mata Kuliah Pupuk dan Pemupukan

(222 G0103)

 

Pada

Jurusan Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian

                                               Universitas Hasanuddin                

Makassar

2012

 

 

Mengetahui,

 

 

 

 

 

HAMRAN

Koordinator Asisten

 

 

 

 

 

NINING NURMALASARI

Asisten Pembimbing

 

 

Tanggal Pengesahan    :  15  Mei  2012

  1. I.                        PENDAHULUAN

1.1.                 Latar Belakang

Defenisi tentang tanah sangatlah bervariasi terkadang sangatlah sulit bagi kita untuk memberikan defenisi yang tepat pada tanah, karena pandangan dan kepentingan yang beraneka ragam tentang tanah. Ada yang mengatakan bahwa tanah adalah tubuh alam ( natural body) yang terbentuk dan  berkembang sebagai akibat gaya-gaya alam ( natural  material ) pada permukaan bumi, tanah dapat pula diartikan sebagai tempat tumbuhnya tanaman, defenisi lainnya tentang tanah adalah tanah merupakan hasil pelapukan batuan dan pelapukan sisa-sisa bahan organik dari organisme  ( vegetasi dan hewan ) yang hidup didalamnya.

Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah, selain itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah.

Kesuburan tanah selain berasal dari residu makhluk hidup atau yang bersifat alami, kesuburan tanah juga dapat ditingkatkan dengan penambahan pupuk anorganik. Pupuk anorganik  yang banyak dibutuhakan oleh tanah dalam pertumbuh tanaman antara lain adalah urea. Pupuk ini  disebut juga sebagai pupuk N, karena mengandung lebih banyak nitrogen. Urea ini berfungsi dalam perkembangan vegetatif dari tanaman. Selain itu, kelebihan pupuk ini juga dapat membuat tanaman menjadi hangus, terutama yang memiliki daun yang agak peka.

Salah satu tanaman yang umumnya menggunakan pupuk urea adalah tanaman jagung (Zea mays  L.) merupakan tanaman yang berfotosintesis C4, maksudnya mempunyai kapasitas fotosintesis tinggi. Selain jagung ( Zea mays L.), yang termasuk dalam golongan C4 adalah sorgum dan tebu.

  Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan praktikum pupuk dan pemupukan untuk mengetahui pengaruh pupuk yang berbeda terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung (Zea mays L.)

 

1.2.                 Tujuan dan Kegunaan

Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.

Adapun kegunaan praktikum ini adalah untuk lebih mengetahui pengaplikasian jenis pupuk dan dosis pupuk

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. II.                     TINJAUAN PUSTAKA

2.1.      Komoditi Jagung

Jagung (Zea mays L.) yang masih satu keluarga dengan gandum dan padi merupakan tanaman asli benua Amerika. Selama ribuan tahun, tanaman ini menjadi makanan pokok penduduk suku Indian di Amerika. Christopher Columbus merupakan orang yang berjasa menyebarkan jagung ke seluruh dunia. Setelah menemukan benua Amerika secara tidak sengaja pada tahun 1492, saat kembali ke negara asalnya, spanyol, Columbus membawa tanaman jagung dan beberapa tanaman asli lainnya dari benua tersebut, seperti cabai dan tomat. Bercocok tanam jagung selain dari biji yang bermanfaat untuk bahan pangan kita juga dapat mengambil manfaat dari bagian lain dari tanaman jagung. Jadi seluruh bagian tumbuhan ada manfaatnya. (Siti, 2007)

            Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1 meter sampai 3 meter, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6 meter. Tinggi tanaman biasa diukut dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas menghasilakan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Jagung termsuk tanaman biji  berkeping tunggal monokotil, jagung tergolong berakar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 meter meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 meter. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian yang membantu menyangga tegaknya tanaman.( Anonim a, 2012)

 

 

 

 

2.2.            Tanah

Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai ”pedogenesis”. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisikakimia, danbiologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut. Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklimorganisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah. (Anonim b, 2012)

 

2.2.1.      Tanah Alfisol

Tanah alfisol merupakan morfologi yang khas dari Alfosol dicirikan oleh horizon eluviasi dan iluviasi yang jelas, yang mana horizon permukaan umumnya berwarna terang karena dipengaruhi oleh beberapa jenis mineral seperti kuarsa yang dapat mempengaruhi warna tanah Alfisol lebih terang. (Hardjowigeno, 1995). 

Perkembangan struktur yang berbeda diantara horizon juga merupakan morfologi yang khas dari Alfosol. Alfisol diartikan oleh horizon Argilik yaitu horizon B yang paling sedikit mengandung 1,2 kali lielt lebih besar daripada liat diatasnya. Horizon B utamanya Bt memperlihatkan struktur tersudut atau kubus, sedang sampai kuat. (Hardjowigeno, 1995). 

 

 

 

 

Tanah Alfisol memiliki struktur tanah yang liat. Liat yang tertimbun di horizon bawah ini berasal dari horizon diatasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air. Dalam banyak pola Alfisol digambar adanya perubahan tekstur yang sangat jelas dalam jarak vertikal yang sangat pendek yang dikenal Taksonomi Tanah (USDA, 1985) sebagai Abrupat Tekstural Chage (perubahan tekstur yang sangat ekstrim). (Anonim b, 2012) 

Tanah Alfisol dilambangkan oleh tanah yang disebut Gray-Brown Podzolic dalam sistem lama. Alfisol mempunyai permukaan abu-abu sampai coklat, kandungan basa sampai sedang sampai besar dan mengandung horizon iluvial dimana menimbun lempung silikat. Horizon ini disebut Argilik. Jika hanya terdapat lempung silikat dan disbut natrik jika disamping lempung, lebih dari 15 % jenuh dengan natrium dengan berstruktur tiang dan pilar.   Horizon lempung umumnya lebih dari 35 % jenuh basa.  (Anonim b, 2012)

Pada tanah Alfisol terdapat penimbunan liat di horizon bawah (horizon Argilik) dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35 % pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. pH dalam tanah Alfisol seringkali berubah dengan meningkatnya kedalaman dan kecenderungan lebih tinggi pada bagian bawah profil dan sejumlah bahan-bahan glacial sampai ke suatu karbonat bebas dengan pH 8,0 lebih tinggi. Ini menyebabkan berubahnya mobilitas elektroporetik koloid-koloid hasil pelapukan-pelapukan kimia yang sementara ini umumnya dianggap bergerak ke bawah namun juga berdimensi horizon, dimana terakhir berhubungan erat dengan perkembangan akar. Alfisol nampaknya mengalami pelapukan lebih hebat dari pada inseptisol akan tetapi kurang daripada spodosol. Mereka sebagian besar terbentuk di daerah lembah di bawah sisa-sisa tanaman hutan asli, walaupun kadang-kadang aslinya rumput vegetasi. Sebagai tambahan pada tanah Gray-Brown Podzolic. Alfisol mencakup sebagian besar area yang dulu disebut tanah Non Clasic Brown dan Gray Wooded dan beberapa diantaranya disebut Palnosol, Half Bag dan Solodized Solonetz. Pada umumnya, Alfisol adalah tanah yang sangat produktif kandungan basa yang sedang sampai besar itu umumnya menguntungkan untuk menghasilkan tanaman yang cukup besar. Tanah dengan drainase yang baik akan berwarna kelabu dengan bercak-bercak kuning pada lapisan air dan menguntungkan untuk satu peristiwa kimia . Besi dalam tanah teroksidasi dan terhidrasi sehingga menjadi senyawa yang berwarna merah kuning. Hal ini diketemukan pada tanah Alfisol karena tanah Alfisol ini merupakan tanah dengan drainase yang baik. (Anonim b, 2012).

 

2.3.            Pupuk

2.3.1.   Nitrogen

Nitrogen merupakan salah satu unsure hara yang sangat diperlukan oleh tanaman danlam jumlah yang banyak untuk proses fisiologis seperti fotosintesis, pembentukan asam amino dan protein. Pemberian pupuk nitrogen dibrikan secara bertahap karena nitrogen bersifat mudah tercuci dan terdenitrifikasi. Dengan pemberian secara bertahap kebutuhan nitrogen setiap saat dapat dipenuhi.

Nitrogen merupakan unsure hara essensial (keberadaannya mutlak ada untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan tanaman) dan dibutuhkan dalam jumlah yang banyak sehingga disebut unsure hara makro. Sebagian besar tanah untuk mencuci tanaman tersebut perlu diberikan tambahan dalam bentuk pupuk (Winarso, 2005).

Tanaman yang cukup N maka tanaman tersebut akan tumbuh dengan baik dan daun tanaman tersebut akan berwarna hijau. Hilangnya N dalam tanah disebabkan oleh ; 1) digunakan tanaman dan mikroorganisme, 2) N dalam bentuk NH4+ dapat diikat oleh mineral liat jenis illit sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman, 3) N dalam bentuk NO3- mudah tercuci oleh air hujan, dan 4) proses denitrifikasi, yaitu proses reduksi nitrat menjadi N2 gas (Hardjowigeno, 1995).

Bagi tanamam unsure nitrogen mempunyai fungsi untuk memperbaiki pertumbuhan vegetative tanaman. Tanaman yang cukup N akan berwarna lebih hijau, selain itu berperan dalam pembentukan protein. Tanaman yang kekurangan unsure N memiliki pertumbuhan yang kerdil, akan tumbuh dengan terbatas, daun kuning akan gugur.

 

 

2.3.2.   Fosfor (P)

Unsur P sangat diperlukan dalam tanaman pada saat pembentukan biji sehingga menjadi bentuk yang sempurna. Para ahli mengemukakan bahwa fosfor juga berguna untuk mempercepat pemasakan buah dan menstimulir pembentukan akar pada pertumbuhan awal.

Pemberian P dalam tanah dalam jumlah yang cukup akan memberikan keuntungan antara lain menetralkan pengaruh buruk akibat dari kelebihan unsur hara nitrogen (Soepardi, 1983).

Fosfor penting dalam pembentukan gula pati, dan fotosintesis, pembentukan inti pada bagian sel, pembentukan lemak, dan albumun. Dan membawa sifat menurun tanaman. Fosfor banyak terdapat pada sel-sel muda yang sedang berkembang dan bergerak dari jaringan tua ke jaringan muda. Sebagian fosfor juga ditranslokasikan pada biji, buah dan daun (Ahmad,2007).

Fosfor diserap tanaman dalam bentuk ortofosfat primer, H2PO4, dan HPO42-. Penyerapan kedua bentuk ini oleh tanaman dipengaruhi oleh pH disekitar tanaman, (perakaran). Unsur P ini di dalam tanah berasal dari bahan organik (pupuk organik dan sisa tanaman), pupuk buatan (TSP), unsur P di dalam tanah terdapat dalam dua bentuk yaitu P-organik dan P-anorganik (Hardjowigeno, 1995).

Fungsi penting dari fosfor di dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transper dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel, serta proses-proses pada tanaman lainnya. Oleh karena P dibutuhkan dalan jumlah yang besar maka disebut unsur hara makro. Selain N dan K. Pada umumnya kadar P dalam tanaman dibawah kadar N dan K, yaitu sekitar 0,1 hingga 0,2 %. Beasarnya P2O5 yang diserap beberapa tanamanberbeda-beda. Di dalam tamnah P dalam berbagai bentuk persenyawaan yang sebagian besar tidak tersedia bagi tanaman. Sebagian besar pupuk P yang diberikan tidak dapat digunakan tanamn karena bereaksi dengan bahan tanah yang lain, sehingga pemupukan P dinilai kurang efisien (winarso, 2005).

 

 

2.3.3.   Kalium

Kalium merupakan unsur hara essensial bagi tanaman bahkan semua mahluk hidup. Tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan fungsi unsur ini spesifiknya dalam tanamn dan merupakan satu dari tiga unsur makro yamg utama, selain N dan P. Sebagian tanaman mengandung unsur K hampir sama dengan N dan lebih tinggi dari unsur P. Kalium di dalam jaringan tanaman ada dalam berat kering daun yang tumbuh secara normal. Ion K dalam tanaman berfungsi sebagai aktivator dari banyak enzim yang berpatisipasi dalam beberapa metabolisme utama tanaman (Winarso, 2005).

Unsur K diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan dijumpai di dalam tanah dalam jumlah yang berpariasi, namun jumlahnya dalam keadaan yang tersedia bagi tanaman biasanya kecil. Kalium yang ditambahkan dalam tanah biasanya dalam bentuk garam-garam yamg mudah larut seperti KCL, KNO3, dan KMgSO4 (Hardjowigeno, 1995).

Unsur kalium di dalam tanah gerasal dari mineral primer tanah (fielspar, mika dan lain-lain) dan pupuk buatan (ZK). Unsur K ditemukan dalam tanah paling banyak, ttetapi sebagian kecilyang digunakan oleh tanaman yaitu yang larut dama air atau yang dapat diprtukarkan (dalam koloid tanah).

Gejala kekurangan K banyak ditunjukkan dengan beberapa cara / penampilan. Gejala yang paling menonjol adalah tanda-tanda terbakarnya daun yang dimulai dari ujung atau pinggir daun. Gejala ini nampak dimulai dari daun-daun yang lebih tua. Selain itu gejala kekurangan K dapat dilihat kenampakan visualnya pada tanaman adalah bercak-bercak nekrotik berwarna coklat pada daun-daun dan batang batang yang tua. Berdasarkan studi anatomi dengan menggunakan mikroskop cahayaterlihat bahwa titik-titik nekrotik dimulai rusaknya sel pada lapisan sel luar. Sedangkan dengan elektromikroskop diketahuui adanya kerusakan kloroplas dan pecahnya mitokondria (Winarso, 2005).

 

 

 

2.4.            Parameter Pengamatan

Parameter yang di amati untuk tanaman jagung khusus dalam praktikum ini adalah tinggi tanaman dan jumlah daun.

 

2.5.            Perlakuan

Jagung dengan jarak tanam 25 cm x 75 cm dan luas lahan 4m2.  Perlakuan kontrol 1 dengan kandungan pupuk sbb:

 

Urea                 =    300  kg/Ha    =   5,6 gr/ jarak tanam

SP-36               =    150  kg/Ha    =   2,8 gr/ jarak tanam

Kcl                   =    100  kg/Ha    =   2,3 gr/ jarak tanam

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. III.                  MEDOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan praktikum pupuk dan pemupukan dilakukan pada tanggal 10 Maret 2012, pada Pukul 17.00 WITA. Adapun tempat dilaksanakan Praktikum pupuk dan pemupukan di exfarm.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tali rafia, patok, meteran, cangkul, sabit, dan parang. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu benih jagung, dan pupuk.

3.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur yang dilakukan pada praktikum pupuk dan pemupukan ini yaitu sebagai berikut :

3.3.1        Persiapan Lahan

  1. Lahan dibersihkan dari rumput-rumput dan kayu yang ada di sekitarnya, Mengukur luas setiap lahan masing-masing kelompok dengan luas 25×25 cm, Tanah di cangkul, dan Kemudian setiap kelompok mengukur luas lahanya setelah digemburkan.

3.3.2 Penanaman

Memberikan Furadan untuk memberantas ulat tanah.

3.3.3 Pemupukan Pupuk Dasar

Memberikan pupuk dasar umumnya digunakan pupuk kandang dan jenis pupuk buatan seperti urea, SP-36, dan KCL yang diberikan pada saat penanaman.

 

3.3.4        Pemupukan Urea

Menimbang pupuk urea untuk tanaman jagung seseuai dengan dosis pupuk

3.3.5        Pengamatan

Melakukan pengamatan pada tanaman jagung, Memeriksa tanaman terserang penyakit, dan kekurangan unsur hara, Membersihkan gulma yang ada disekitar tanaman, Menggemburkan tanaman, dan Menyiram

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. IV.                  HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.      Hasil

4.1.1.   Tinggi Tanaman                                                  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.1.2    Jumlah Daun

 

 

 

 

                                                                     

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.2.            Pembahasan

Pada percobaan ini sebelum dilakukan penanaman, terlebih dahulu dilakukan penentuan dosis dan jarak tanam,  setelah itu persiapan lahan kemudian penanaman. Pada pemberian pupuk dilakukan sesuai dengan perlakuan yaitu D (pupuk kurang dari 50%) sebagai pembanding dan  perlakuan pupuk standar sebagai kontrol, masing-masing perlakuan digunakan jarak tanam standar                (25 x 75 cm).

 

 

            Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat kita analisa bahwa antar perlakuan kontrol dan pembanding terdapat hasil yang bervariasi dari tinggi tanaman, jumlah  serta kenampakan visual yang dapat dilihat sendiri pada saat pengamatan tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang berbeda akan di dapatkan hasil yang berbeda-beda pula.

4.1.1.   Tinggi Tanaman

Berdasarkan grafik tinggi tanaman yang ada maka dapat dilihat bahwa adanya perbedaan pertumbuhan pada tanaman. Jika dilihat pada grafik, pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakukan kontrol lebih kecil jika dibandingkan dengan perlakuan pembanding yaitu pupuk Urea <50%. Tentunya disini terjadi kontradiksi antara hasil yang di dapatkan dengan teori-teori yang ada, yang menyatakan bahwa pada tanaman yang diberi perlakuan sesuai dengan kebutuhan tanaman atau dosis pupuk yang diberikan sesuai dengan dosis optimum, maka pertumbuhannya akan lebih baik. Namun, jika ditinjau secara nyata di lapangan terlihat bahwa pertumbuhan yang sangat baik untuk perlakuan kontrol sedangkan untuk perlakuan pembanding pertumbuhan secara kuantitas lebih rendah. Hal ini disebabkan karena adanyaa perbedaan waktu pengukuran pada setiap perlakuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonim a (2012) bahwa keuntungan optimum untuk produksi tergantung dari suplai hara yang cukup selama pertumbuhan tanaman. Unsur hara N sangat diperlukan terutama untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses immobilisasi N menunjukkan bahwa unsur hara N belum tersedia dalam jumlah yang cukup di dalam tanah sehingga menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman.

 

4.1.2. Jumlah Daun

          Berdasarkan hasil yang terlihat pada grafik, jumlah daun juga sama dengan hasil pada tinggi tanaman, yakni adanya hasil yang tidak balance antara yang terlihat dilapangaan dengan hasil yang terlihat secara tertulis. Jika di lapangan tampak dengan jelas pada perlakuan kontrol jumlah daun lebih banyak dengan kondisi yang sangat baik dimana daunnya berwarna hijau segar dan lebih lebar. Sedangkan untuk perlakuan pembanding yaitu Urea <50% terlihat jumlah daun yang lebih sedikit dengan kondisi daun yang berwarna tampak kekuningan dan diameternya lebih kecil. Hal ini disebabkan karena jagung pada perlakuan pembanding kekurangan unsur nitrogen, yang mana kita ketahui bahwa unsur nitrogen mempunyai peranan penting dalam merangsang pertumbuhan bagian atas dan memberikan warna hijau pada daun. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim a (2012) yang menyatakan bahwa gejala yang terlihat akibat kekurangan unsur nitrogen yaitu warna daun hijau agak kekuning-kuningan dan pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. V.                     PENUTUP

4.1.      Kesimpulan

Dari praktikum yang dilakukan dapat kita simpulkan bahwa:

  1. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka kita hendaknya melakukan pemupukan  sesuai dengan kebutuhan tanaman yakni pupuk N,P dan K.
  2. Selain pupuk yang dibutuhkan tanaman kita juga harus memperhatikan kebutuhan air tanaman karena kekurangan air dapat menghambat pertumbuhan bahkan bisa mati karena tanaman jagung butuh banyak air.

4.2.      Saran

Dalam penanaman jagung sebaiknya dilakukan penyiraman yang rutin setiap hari dan dilakukan pemupukan N,P dan K untuk mendapatkan hasil yang optimal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim a, 2012. Deskripsi Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung#Klasifikasi. Diakses 13 Mei 2012

Anonim b, 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah. Diakses pada 13 Mei 2012

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Penerbit Akademi Pressindo. Jakarta.

Rochani Siti, 2007. Bercocok Tanam Jagung. http://books.google.co.id/books?id=NvAvWpS_tuAC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Tanah Fakultas Pertanian IPB.         Bogor.

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah. Gava Media. Yogyakarta.

Yani A., Ruhimat M.,2007.Geografi Menyingkap Vonomena Biosfer. Grafindo:Jakarta.http://books.google.co.id/books?id=_pnbLXgwA8C&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false. Diakases 13 Mei 2012

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Leave a comment